Smishing, suatu bentuk phishing yang menggunakan pesan teks untuk mengelabui korban agar mengklik tautan berbahaya atau mencuri data pribadi, sedang meningkat di Brasil. Dengan tren penggunaan perangkat seluler untuk transaksi digital yang semakin terlihat, penjahat siber dapat mengeksploitasi potensi kerentanan untuk menyebarkan malware, mengakses informasi rahasia, dan melakukan penipuan keuangan. Menurut penelitian terbaru dari Norton , merek keamanan siber dari Gen ™ (NASDAQ: GEN), 32% warga Brasil telah mengalami upaya penipuan tahun ini, dengan 54% dari upaya tersebut terjadi melalui SMS. Dalam konteks ini, Norton menekankan pentingnya literasi digital dan perlindungan terhadap penipuan di dunia digital.
“Smishing adalah gabungan dari istilah 'phishing' dan 'SMS' ( Short Messaging Service ) dan merujuk pada serangan yang dilakukan melalui pesan teks palsu. Tidak seperti phishing tradisional yang terjadi melalui email, smishing memanfaatkan kredibilitas layanan terkenal untuk menipu orang agar membagikan informasi rahasia, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, dan kredensial perbankan. Serangan ini dapat mengakibatkan pencurian identitas, kerugian finansial, dan pemasangan malware pada perangkat korban,” kata Iskander Sanchez-Rola, Direktur Inovasi di Norton.
Penipuan smishing umum
Ada beberapa jenis penipuan smishing, dan berikut beberapa yang paling umum:
- Notifikasi pengiriman paket palsu: salah satu penipuan yang paling sering terjadi, terutama selama musim promosi atau hari libur, melibatkan pesan palsu dari perusahaan pengiriman seperti FedEx, UPS, atau Kantor Pos. Pesan-pesan ini memperingatkan tentang masalah pengiriman paket atau meminta pelacakan, dengan tautan berbahaya.
- Penipuan keuangan: Penjahat siber sering menyamar sebagai bank atau lembaga keuangan untuk mendapatkan data rahasia, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, dan informasi perbankan. Pesan-pesan tersebut biasanya memperingatkan tentang aktivitas mencurigakan atau meminta pembaruan data.
- Konfirmasi yang menyesatkan: Penipuan ini menggunakan konfirmasi pembelian, janji temu, atau layanan palsu, yang mengarahkan pengguna ke situs web phishing di mana mereka diminta untuk memberikan informasi sensitif.
- Layanan pelanggan palsu: Dalam jenis smishing ini, penipu menyamar sebagai perwakilan layanan pelanggan dari perusahaan tepercaya, seperti toko online atau penyedia layanan, dengan mengklaim ada masalah dengan akun konsumen. Pesan-pesan tersebut berisi tautan yang mengarah ke situs web palsu tempat data rahasia dapat dicuri.
- Hadiah dan undian palsu: tawaran hadiah yang tidak ada, seperti undian atau hadiah gratis, sering digunakan untuk memikat korban. Pesan-pesan tersebut mengklaim bahwa orang tersebut telah memenangkan sesuatu, tetapi meminta mereka untuk mengklik tautan untuk "menukarkan hadiah." Hal ini dapat menginfeksi perangkat konsumen dengan malware.
Iskander Sanchez-Rola berbagi cara untuk tetap aman dengan mempertimbangkan beberapa praktik keamanan digital yang dapat membantu mengurangi risiko smishing:
- Jangan membagikan informasi pribadi melalui SMS: jangan pernah memberikan data rahasia, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau alamat email, melalui pesan teks.
- Periksa asal pesan yang mencurigakan: waspadai nomor yang tidak dikenal atau format yang tidak biasa, terutama yang berasal dari luar negeri.
- Gunakan otentikasi dua faktor: ini meningkatkan keamanan akun online Anda dan menambahkan lapisan keamanan ekstra, bahkan jika Anda menjadi korban penipuan dan kata sandi Anda disalahgunakan.
- Hindari mengklik tautan atau file yang mencurigakan: tautan atau file yang tidak dikenal mungkin secara diam-diam berisi malware atau mengarah ke situs web palsu yang dirancang untuk mencuri informasi pribadi.
- Silakan hubungi lembaga atau perusahaan tersebut secara langsung untuk mengkonfirmasi permintaan apa pun yang diterima melalui SMS.
- Unduh perangkat lunak antivirus yang andal seperti Norton 360 , yang melindungi dari malware, phishing, dan ancaman digital lainnya.
Dampak kudeta terhadap warga Brasil
Di Brasil, empat dari sepuluh warga Brasil (43%) yang menjadi sasaran penipuan akhirnya menjadi korban. Dari 43% konsumen tersebut, 77% mengalami kerugian finansial. Rata-rata kerugian yang dilaporkan adalah R$ 1.211,46, dengan beberapa kasus mencapai R$ 40.000,00. Selain kerugian finansial, 33% korban juga mengalami kebocoran data pribadi.
Penelitian Norton juga menunjukkan penipuan utama yang dialami oleh orang-orang (43%) yang menjadi korban penipuan. Penipuan tersebut adalah:
- Penipuan pembayaran (37%)
- Penipuan SMS dan smishing (25%)
- Penipuan melalui pesan via media sosial (18%)
Metodologi
Studi ini dilakukan secara daring di Brasil oleh Dynata atas nama Gen, dari tanggal 5 hingga 19 Desember 2024, di antara 1.002 orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.

