AwalArtikelEQ Commerce: revolusi pengalaman belanja di ritel digital

EQ Commerce: revolusi pengalaman belanja di ritel digital

Dalam beberapa tahun terakhir, ritel global telah mengalami transformasi yang didorong oleh tuntutan pelanggan yang baru. Menurut sebuah penelitian dari PwC, 56% CEO menyatakan bahwa perubahan preferensi pelanggan adalah tantangan terbesar bagi profitabilitas bisnis. Fenomena ini, diperparah oleh pandemi, telah meningkatkan ekspektasi akan pengalaman pembelian yang personal, intuitif, dan efektif. Sebagai tanggapan terhadap kenyataan ini, konsep Ekonomi Ekspektasi semakin mendapat kekuatan, yang menawarkan model konsumsi di mana merek-merek tidak hanya memenuhi, tetapi juga mengantisipasi kebutuhan pelanggan mereka di semua titik kontak.

Dalam lanskap Ekonomi Ekspektasi, kami melihat munculnya makro-tren yang diidentifikasi oleh konsultan The Future Laboratory. EQ Commerce (atau Emotional Quotient Commerce) adalah pendekatan yang melampaui penjualan tradisional dan berupaya mengubah setiap interaksi menjadi pengalaman prediktif dan proaktif. Dalam makro-tren ini, kita mengamati penggabungan kekuatan teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan dan realitas tambahan, dengan pemahaman yang mendalam tentang ekspektasi dan perilaku publik. Cara berdagang yang baru ini mengatasi salah satu masalah terbesar ritel digital: "kelelahan algoritma," ketika konsumen merasa frustrasi dengan rekomendasi umum dan penawaran yang tidak mencerminkan selera dan preferensi mereka yang sebenarnya. Dengan pendekatan baru ini, merek dapat menafsirkan data secara langsung dan mempersonalisasi perjalanan belanja, menciptakan lingkungan yang dinamis dan berfokus pada kepuasan individu.

Di antara tren utama EQ Commerce terdapat Discovery Commerce, yang mengubah pencarian produk tradisional menjadi penemuan yang intuitif dan kustom. Alih-alih menunggu konsumen menemukan apa yang mereka inginkan, strategi ini menyajikan item dan penawaran yang secara proaktif selaras dengan profil dan minat mereka. Menurut Coresight Research, hiperpersonalisasi feed belanja – yang membawa produk yang tepat kepada pelanggan yang tepat – dapat meningkatkan keterlibatan dan memperkuat loyalitas, mengubah pengalaman menjadi diferensiasi kompetitif yang nyata bagi merek.

Aspek penting lainnya dalam EQ Commerce adalah integrasi kecerdasan buatan (AI), yang memungkinkan personalisasi dalam skala besar. Dengan 71% pengecer meningkatkan investasi mereka di bidang AI, menurut Total Retail 2023, 73% telah mengarahkan sumber daya tersebut secara khusus untuk menawarkan konten yang sangat personal, menurut Coresight Research. AI memungkinkan merek untuk menyesuaikan tidak hanya apa yang disarankan, tetapi juga bagaimana dan kapan hal itu disajikan, menghasilkan interaksi yang memuaskan dan pada waktu yang tepat. Di lingkungan di mana satu klik dapat berarti migrasi ke situs web pesaing, jenis respons yang tangkas dan berorientasi data menjadi sangat penting.

Augmented Reality (AR) adalah pilar penting dalam EQ Commerce, mengangkat momen pembelian ke tingkat interaktivitas dan imersi yang baru. Sekitar 63% konsumen menyatakan bahwa AR secara signifikan meningkatkan pengalaman, menurut riset Statista, memungkinkan mereka untuk memvisualisasikan produk secara dinamis dan mendalam. Brand besar seperti Walmart dan Lacoste sudah menggunakan AR sesuai dengan tren Virtual Flagship, menciptakan lingkungan online imersif yang meniru aspek pengalaman fisik dan memperkuat rasa eksklusivitas dan kepemilikan pelanggan.

Dengan demikian, EQ Commerce memiliki kemampuan untuk mempromosikan interaksi yang lebih dekat dan terhubung secara emosional dengan konsumen. Dengannya, dimungkinkan untuk menciptakan lingkungan di mana influencer dan kurator berpartisipasi dalam perjalanan digital, mendekatkan merek dan konsumen secara otentik, merangsang identifikasi dan perasaan bahwa preferensi mereka dihargai. Hal ini menciptakan ikatan yang melampaui transaksi komersial dan memperkuat loyalitas jangka panjang.

Di Amerika Latin, di mana 50% perusahaan masih belum merasa yakin dengan strategi pengalaman pelanggan mereka, menurut riset CMO Council tahun 2023, EQ Commerce menonjol sebagai model transformatif. Perusahaan yang mengadopsi pendekatan ini, dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan data perilaku secara real-time, memiliki peluang lebih besar untuk membedakan diri dan memenangkan pelanggan di pasar yang semakin digital dan kompetitif. Janji EQ Commerce lebih dari sekadar memenuhi tuntutan saat ini, ia menetapkan paradigma baru hubungan antara merek dan konsumen, di mana inovasi dan pengalaman berjalan beriringan, membentuk masa depan ritel.

Marina Montenegro
Marina Montenegro
Marina Montenegro adalah Strategis dan Peneliti Tren Senior di Rethink, konsultan teknologi, desain, dan strategi, yang berspesialisasi dalam pengembangan layanan dan produk digital.
BERITA TERKAIT

Terbaru

PALING POPULER

[persetujuan_cookie_elfsight id="1"]