AwalArtikelTentu, ini terjemahannya: **Perdebatan sesungguhnya tentang AI: pengawasan manusia mutlak diperlukan**

Tentu, ini terjemahannya: **Perdebatan sesungguhnya tentang AI: pengawasan manusia mutlak diperlukan**

O debate público sobre inteligência artificial (IA) muitas vezes se perde em extremos: a euforia com a automação total ou o medo da substituição de profissionais. A verdadeira urgência, porém, está na supervisão humana. Modelos de IA, baseados em probabilidades, têm margens de erro inerentes, mas são cada vez mais usados em contextos críticos, de finanças a saúde, sem a devida curadoria. Essa prática não é apenas arriscada, é tecnicamente equivocada. Sem validação rigorosa, a confiança cega na IA pode levar a falhas graves, com impactos éticos, legais e operacionais. A supervisão humana não é um acessório: é a base para um uso responsável e sustentável da tecnologia.

Os limites da IA são evidentes em aplicações práticas. Um estudo da Stanford University e GitHub Copilot (2023) revelou que 45% dos códigos gerados por IA apresentam vulnerabilidades ou violam boas práticas de desenvolvimento. Mesmo quando a IA parece funcionar, questões persistem: a solução pode não ser segura, pode não cumprir normas regulatórias e pode não se alinhar aos objetivos do negócio. Sem testes rigorosos e validações contínuas, qualquer resposta será mera suposição.

A crença na infalibilidade da IA é alimentada por discursos comerciais e expectativas irreais, mas ignora uma verdade fundamental: a tecnologia depende de humanos para interpretar, ajustar e corrigir suas saídas. Em setores regulados, como o jurídico, a ausência de supervisão pode violar leis como a Lei Geral de Proteção de Dados (LGPD), que exige transparência em decisões automatizadas. Segundo relatório da McKinsey (2023), poucas empresas parecem estar totalmente preparadas para o uso generalizado da GenAI, ou, mais precisamente, para os riscos que essas ferramentas podem trazer aos negócios. Apenas 21% dos entrevistados que relataram a adoção de inteligência artificial afirmam que suas organizações têm diretrizes que guiam o uso para essas ferramentas pelas equipes. Na saúde, a Organização Mundial da Saúde (OMS, 2023) alerta que sistemas de IA sem supervisão humana pode gerar orientações incorretas, violação de dados pessoais e disseminar desinformação.

A supervisão, porém, enfrenta desafios significativos. A crença de que a inteligência artificial é infalível reflete uma distorção alimentada tanto por discursos comerciais quanto por expectativas irreais e a escassez de profissionais também é crítica, em pesquisa recente da consultoria Bain & Company no Brasil, 39% dos executivos citaram a ausência de expertise interna como a principal barreira para acelerar a implementação da IA generativa, superando até mesmo preocupações com segurança de dados. 

Não se trata de negar os avanços da tecnologia, que são substanciais, mas de reconhecer que ela ainda depende, e continuará dependendo, de profissionais capazes de interpretar, ajustar e, quando necessário, corrigir suas saídas. Especialmente em setores regulados ou de alto impacto, como o financeiro, o jurídico ou o de saúde, a ausência de supervisão técnica e ética pode gerar consequências graves, legais e operacionais. O estudo da Brasscom evidência essa escassez, o Brasil forma apenas 53 mil profissionais de TI por ano, enquanto a demanda entre 2021 e 2025, precisará de um total de 797 mil talentos.

Iniciativas globais apontam caminhos para as melhoras A metodologia da ONU para uso ético da IA recomenda a supervisão humana em todo o ciclo de vida dos sistemas, desde o design até a operação. Empresas como a Salesforce ilustram isso na prática: sua plataforma Einstein usa comitês de ética para auditar algoritmos. Essa abordagem mostra que a supervisão não é apenas técnica, mas também estratégica, exigindo transparência, responsabilidade e investimento em capacitação.

A IA tem o poder de transformar indústrias, mas sem supervisão humana, seu potencial é ofuscado por riscos éticos, legais e operacionais. Casos como fraudes financeiras e possíveis erros médicos mostram que a confiança cega na tecnologia é insustentável, enquanto exemplo como a Salesforce prova que a governança robusta pode maximizar benefícios e minimizar falhas. Em 2025, o debate sobre IA deve priorizar a supervisão como pilar de inovação responsável, enfrentando desafios como custos, escassez de talentos e resistência cultural. Líderes, empresas e reguladores têm a responsabilidade de construir sistemas que combinem o poder da IA com a sensibilidade humana, garantindo que a tecnologia amplifique o progresso, não os problemas. O futuro da IA não está na automação cega, mas na colaboração inteligente, e cabe a nós moldá-lo com clareza, ética e compromisso.

Marcelo Marchi
Marcelo Marchi
Com mais de 20 anos de experiência na indústria de tecnologia, Marcelo Marchi é investidor, consultor de tecnologia, e CEO e sócio-fundador da Vericode, empresa especializada em DevSecOps, Continuous Testing e Observabilidade.
BERITA TERKAIT

Inklusifitas dan kecepatan: revolusi e-commerce Brasil - Asia --- Dalam beberapa tahun terakhir, e-commerce telah mengalami transformasi yang signifikan di seluruh dunia, dan hubungan antara Brasil dan Asia menjadi salah satu contoh paling mencolok dari pertumbuhan ini. Revolusi e-commerce ini tidak hanya mempercepat perdagangan antara kedua wilayah, tetapi juga mendorong inklusifitas ekonomi dengan memberikan akses pasar yang lebih luas kepada para pedagang kecil dan menengah. **Inklusifitas Ekonomi** Salah satu aspek utama dari revolusi e-commerce Brasil-Asia adalah peningkatan inklusifitas ekonomi. Platform e-commerce seperti AliExpress dan Shopee telah memungkinkan para pengusaha kecil di Brasil untuk menjangkau konsumen di Asia tanpa harus menghadapi biaya dan kompleksitas logistik internasional yang tinggi. Ini memungkinkan mereka untuk bersaing secara global dengan biaya yang lebih rendah dan risiko yang lebih kecil. Di sisi lain, konsumen Brasil sekarang memiliki akses yang lebih mudah ke produk-produk dari Asia, termasuk barang elektronik, fashion, dan berbagai barang lainnya yang sebelumnya mungkin tidak tersedia atau terlalu mahal. Ini telah meningkatkan daya beli konsumen dan memberikan lebih banyak pilihan. **Kecepatan Transaksi** Kecepatan adalah faktor kunci dalam kesuksesan e-commerce, dan hubungan Brasil-Asia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam hal ini. Dengan adanya teknologi logistik yang canggih dan kerja sama antara perusahaan kurir, waktu pengiriman barang dari Asia ke Brasil telah berkurang secara dramatis. Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi juga memperkuat kepercayaan dalam mekanisme perdagangan online. Platform pembayaran digital juga telah memainkan peran penting dalam mempercepat transaksi. Layanan seperti PayPal, kartu kredit internasional, dan bahkan metode pembayaran lokal seperti PIX di Brasil telah mempermudah proses pembayaran, memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan aman. **Tantangan dan Peluang** Meskipun revolusi e-commerce Brasil-Asia telah membawa banyak manfaat, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Masalah logistik, perbedaan budaya dalam preferensi konsumen, dan peraturan perdagangan internasional adalah beberapa hal yang harus ditangani. Namun, tantangan ini juga menciptakan peluang untuk inovasi dan kolaborasi lebih lanjut. Pemerintah dan lembaga swasta di kedua wilayah harus bekerja sama untuk mengatasi hambatan ini. Ini dapat dilakukan melalui perjanjian perdagangan yang lebih baik, investasi dalam infrastruktur logistik, dan program pelatihan untuk para pedagang kecil agar mereka dapat bersaing secara efektif di pasar global. **Kesimpulan** Revolusi e-commerce antara Brasil dan Asia adalah contoh nyata dari bagaimana teknologi dan globalisasi dapat mengubah dinamika perdagangan. Dengan meningkatkan inklusifitas ekonomi dan kecepatan transaksi, hubungan ini telah membuka pintu bagi pertumbuhan dan peluang baru bagi para pedagang dan konsumen di kedua wilayah. Meskipun ada tantangan, potensi untuk kolaborasi lebih lanjut dan inovasi tetap besar, membuka jalan untuk masa depan yang lebih terhubung dan sejahtera.

TINGGALKAN BALASAN

Silakan ketik komentar Anda!
Silakan ketik nama Anda di sini

Terbaru

Inklusifitas dan kecepatan: revolusi e-commerce Brasil - Asia --- Dalam beberapa tahun terakhir, e-commerce telah mengalami transformasi yang signifikan di seluruh dunia, dan hubungan antara Brasil dan Asia menjadi salah satu contoh paling mencolok dari pertumbuhan ini. Revolusi e-commerce ini tidak hanya mempercepat perdagangan antara kedua wilayah, tetapi juga mendorong inklusifitas ekonomi dengan memberikan akses pasar yang lebih luas kepada para pedagang kecil dan menengah. **Inklusifitas Ekonomi** Salah satu aspek utama dari revolusi e-commerce Brasil-Asia adalah peningkatan inklusifitas ekonomi. Platform e-commerce seperti AliExpress dan Shopee telah memungkinkan para pengusaha kecil di Brasil untuk menjangkau konsumen di Asia tanpa harus menghadapi biaya dan kompleksitas logistik internasional yang tinggi. Ini memungkinkan mereka untuk bersaing secara global dengan biaya yang lebih rendah dan risiko yang lebih kecil. Di sisi lain, konsumen Brasil sekarang memiliki akses yang lebih mudah ke produk-produk dari Asia, termasuk barang elektronik, fashion, dan berbagai barang lainnya yang sebelumnya mungkin tidak tersedia atau terlalu mahal. Ini telah meningkatkan daya beli konsumen dan memberikan lebih banyak pilihan. **Kecepatan Transaksi** Kecepatan adalah faktor kunci dalam kesuksesan e-commerce, dan hubungan Brasil-Asia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam hal ini. Dengan adanya teknologi logistik yang canggih dan kerja sama antara perusahaan kurir, waktu pengiriman barang dari Asia ke Brasil telah berkurang secara dramatis. Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi juga memperkuat kepercayaan dalam mekanisme perdagangan online. Platform pembayaran digital juga telah memainkan peran penting dalam mempercepat transaksi. Layanan seperti PayPal, kartu kredit internasional, dan bahkan metode pembayaran lokal seperti PIX di Brasil telah mempermudah proses pembayaran, memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan aman. **Tantangan dan Peluang** Meskipun revolusi e-commerce Brasil-Asia telah membawa banyak manfaat, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Masalah logistik, perbedaan budaya dalam preferensi konsumen, dan peraturan perdagangan internasional adalah beberapa hal yang harus ditangani. Namun, tantangan ini juga menciptakan peluang untuk inovasi dan kolaborasi lebih lanjut. Pemerintah dan lembaga swasta di kedua wilayah harus bekerja sama untuk mengatasi hambatan ini. Ini dapat dilakukan melalui perjanjian perdagangan yang lebih baik, investasi dalam infrastruktur logistik, dan program pelatihan untuk para pedagang kecil agar mereka dapat bersaing secara efektif di pasar global. **Kesimpulan** Revolusi e-commerce antara Brasil dan Asia adalah contoh nyata dari bagaimana teknologi dan globalisasi dapat mengubah dinamika perdagangan. Dengan meningkatkan inklusifitas ekonomi dan kecepatan transaksi, hubungan ini telah membuka pintu bagi pertumbuhan dan peluang baru bagi para pedagang dan konsumen di kedua wilayah. Meskipun ada tantangan, potensi untuk kolaborasi lebih lanjut dan inovasi tetap besar, membuka jalan untuk masa depan yang lebih terhubung dan sejahtera.

PALING POPULER

[persetujuan_cookie_elfsight id="1"]