Dalam beberapa tahun terakhir, "omnichannel" telah menjadi kata kunci dalam ritel, dan khususnya dalam e-commerce. Namun, apa arti strategi ini dan bagaimana strategi ini membentuk interaksi antara merek dan konsumen? Mari kita pahami di sini konsep omnichannel, karakteristiknya, dan dampak pendekatan ini pada pasar.
Istilah "omnichannel" menggabungkan "omni" (Latin), yang berarti "semua" atau "universal", dan "channel" (Inggris), yang berarti "saluran", yang mengacu pada integrasi semua saluran komunikasi dan penjualan suatu perusahaan. Dengan kata lain, ini adalah strategi yang menyatukan saluran penjualan dan layanan pelanggan. Hal ini memungkinkan konsumen untuk beralih di antara toko fisik, aplikasi, situs web, media sosial, atau layanan telepon tanpa terputusnya perjalanan pembelian mereka. Pengalamannya lancar, terlepas dari di mana pelanggan berinteraksi dengan merek tersebut.
Sudah lama banyak perusahaan mengimplementasikan berbagai saluran untuk pelanggan mereka, namun saluran-saluran tersebut kurang terintegrasi. Siapa yang tidak ingat perusahaan yang menetapkan harga berbeda untuk produk yang sama di toko fisik dan toko online? Atau skenario di mana pelanggan tidak dapat mengubah saluran kontak tanpa harus memulai proses dari awal? Inilah aspek-aspek yang diatasi oleh omnichannel.
Tujuan omnichannel adalah menawarkan pengalaman yang konsisten dan personal, kapan saja dan di mana saja. Berbeda dengan multicanal, di mana interaksi bersifat independen, omnichannel berupaya untuk integrasi total. Di dunia di mana konsumen mengharapkan merek tersedia dimanapun dan kapanpun mereka inginkan, pendekatan ini menjadi sangat penting.
Ciri utama dari omnichannel adalah integrasi penuh saluran. Misalnya, saat melakukan pembelian online, pelanggan dapat mengambil produk di toko fisik (Ambil di toko) atau memilih pengiriman ke rumah. Jika ada pertanyaan, dia dapat menghubungi melalui obrolan atau media sosial tanpa perlu mengulang informasi — perusahaan sudah memiliki semua data transaksi.
Integrasi ini membutuhkan infrastruktur teknologi yang tangguh. Perusahaan perlu berinvestasi pada sistem manajemen yang menghubungkan persediaan, platform e-commerce, alat CRM (Customer Relationship Management), ERP (sistem manajemen terintegrasi), dan sumber daya lainnya. Teknologi seperti Kecerdasan Buatan (AI) dan Big Data membantu mempersonalisasi pengalaman pelanggan di setiap titik kontak.
Oh iya, personalisasi adalah poin penting lain dari omnichannel. Dengan data yang dikumpulkan dari berbagai interaksi, perusahaan dapat lebih memahami perilaku pelanggan, menawarkan rekomendasi produk dan promosi yang ditargetkan. Hal ini meningkatkan peluang konversi dan memperkuat loyalitas merek.
Dampak omnichannel sangat jelas. Menurut Harvard Business Review (2020), 73% pelanggan menggunakan lebih dari satu saluran selama perjalanan pembelian. Selain itu, sebuah penelitian oleh PwC (2023) mengungkapkan bahwa 86% pembeli bersedia membayar lebih untuk pengalaman yang lebih baik, sesuatu yang disediakan oleh omnichannel. Sebuah laporan dari McKinsey & Company (2023) menunjukkan bahwa perusahaan dengan strategi omnichannel yang diimplementasikan dengan baik memiliki 23% lebih banyak peluang untuk mendapatkan pelanggan baru dan 30% lebih mungkin untuk meningkatkan retensi pelanggan yang ada. Angka-angka ini menonjolkan pentingnya berinvestasi pada omnichannel untuk mengikuti dan memimpin tren pasar.
Omnichannel bukanlah tren sesaat di ritel dan e-commerce, melainkan sebuah revolusi dalam cara perusahaan terhubung dengan pelanggan. Dengan mengintegrasikan semua saluran interaksi dan menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi dan berkelanjutan, perusahaan yang mengadopsi strategi ini akan lebih siap untuk memenuhi ekspektasi konsumen. Saat ini, orang mencari kenyamanan, kecepatan, dan personalisasi dalam interaksi dengan perusahaan. Omnichannel menjawab kebutuhan ini secara efektif, menciptakan perjalanan kontak yang menyenangkan dan berkelanjutan. Bagi organisasi yang ingin menonjol, berinvestasi dalam strategi omnichannel bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Jika Anda seorang pedagang dan belum memulai strategi ini, mungkin saatnya untuk memikirkan ulang model bisnis Anda dan bersiap untuk masa depan ritel, yang sudah tiba.